Di era sekarang ini, Bumi dalam keadaan yang memprihatinkan karena pemanasan global atau yang akrab disebut dengan Global Warming itu mengancam kita dan anak cucu kita. Oleh karena itu perbuatan sekecil apapun yang kita lakukan sangatlah bermanfaat dan berpengaruh besar bagi Bumi ini.
Banyak
negara maju yang menggembor - gemborkan statement
untuk
menjaga dan mencintai lingkungan. Tapi kenyataannya banyak juga
negara yang masih merusak, tidak perduli dan membiarkan lingkungannya
rusak. Luas hutan alam asli Indonesia menyusut dengan kecepatan yang
sangat mengkhawatirkan. Hingga saat ini, Indonesia telah kehilangan
hutan aslinya sebesar 72 persen [World Resource Institute, 1997].
Penebangan hutan Indonesia yang tidak terkendali selama puluhan tahun
dan menyebabkan terjadinya penyusutan hutan tropis secara
besar-besaran. Laju kerusakan hutan periode 1985-1997 tercatat 1,6
juta hektar per tahun, sedangkan pada periode 1997-2000 menjadi 3,8
juta hektar per tahun. Ini menjadikan Indonesia merupakan salah satu
tempat dengan tingkat kerusakan hutan tertinggi di dunia.
Di
Indonesia berdasarkan hasil penafsiran citra landsat tahun 2000
terdapat 101,73 juta hektar hutan dan lahan rusak, diantaranya seluas
59,62 juta hektar berada dalam kawasan hutan. Akibatnya banyak flora
dan fauna yang rusak. Hilangnya keseimbangan alam yang menyebabkan
bencana banjir, tanah longsor, kekeringan dan sebagainya. Tidak
hanya itu, hutan yang rusak menyebabkan jumlah C02 yang diserap oleh
hutan menurun sehingga jumlah CO2 yang terlamppau banyak dapat
membuat suhu di Bumi naik secara drastis.
Itu
baru yang disebabkan dari kerusakan hutan, apalagi rata-rata emisi
tahunan karbon dioksida di dunia meningkat pesat tiga kali lipat pada
kurun mulai tahun 2000 hingga sekarang, bila dibandingkan dengan era
tahun 1990-an.
Berdasarkan penelitian yang dilaporkan dalam "Proceeding of National Academy of Sciences" ditemukan fakta bahwa rata-rata pertambahan emisi karbon dioksida meningkat dari 1,1 persen per tahun pada 1990 menjadi 3,3 persen per tahun pada tahun 2000.
Koordinator peneliti, Mike Raupach, dari CSIRO Marine and Atmospheric Research and the Global Carbon Project, mengatakan pada tahun 2005 secara global 8 juta ton karbon dioksida telah mencemari atmosfer. Meningkat pesat bila dibandingkan tahun 1995 yang hanya 6 juta ton. "Faktor pendorong utama dari peningkatan emisi, secara global, adalah meningkatnya pembakaran karbon per satu dolar kesejahteraan yang dihasilkan," kata Raupach.
Berdasarkan penelitian yang dilaporkan dalam "Proceeding of National Academy of Sciences" ditemukan fakta bahwa rata-rata pertambahan emisi karbon dioksida meningkat dari 1,1 persen per tahun pada 1990 menjadi 3,3 persen per tahun pada tahun 2000.
Koordinator peneliti, Mike Raupach, dari CSIRO Marine and Atmospheric Research and the Global Carbon Project, mengatakan pada tahun 2005 secara global 8 juta ton karbon dioksida telah mencemari atmosfer. Meningkat pesat bila dibandingkan tahun 1995 yang hanya 6 juta ton. "Faktor pendorong utama dari peningkatan emisi, secara global, adalah meningkatnya pembakaran karbon per satu dolar kesejahteraan yang dihasilkan," kata Raupach.
Emisi karbon dioksida yang berasal dari bahan bakar
fosil ini merupakan faktor pendorong utama terjadinya perubahan iklim
dunia. Menurut Raupach, belakangan ini penggunaan energi fosil secara
global menjadi sangat tidak efektif. Pertambahan ini semakin melonjak
seiring meningkatnya populasi dan kesejahteraan. "Saat industri
di dunia semakin berkembang, penggunaan energi fosil menjadi sangat
intensif dan tidak efisien," tandasnya. Raupach menambahkan,
sejumlah efisiensi memang telah dilakukan sejalan dengan pertumbuhan
industri, namun ternyata tidak cukup sebanding.
Walaupun perkembangan industri di negara maju seperti Australia dan Amerika Serikat cenderung stagnan, di negara berkembang seperti China semakin meningkat. Kedua faktor tersebut justru menurunkan efisiensi penggunaan bahan bakar fosil secara global.
Ia mengatakan, di China, emisi yang dikeluarkan per orang masih di bawah rata-rata global. Berdasarkan angka rata-rata, di Australia dan Amerika per orang mengeluarkan emisi lebih dari 5 ton karbon pertahun. Sedangkan di China hanya satu ton pertahun. Sejak revolusi industri dimulai, Amerika Serikat dan negara Eropa tercatat telah menyumbang 50 persen dari total emisi. Sedangkan China kurang dari 8 persen. Adapun 50 negara berkembang lain menyumbang kurang dari 0,5 persen dari emisi global selama 200 tahun, secara kumulatif.
Walaupun perkembangan industri di negara maju seperti Australia dan Amerika Serikat cenderung stagnan, di negara berkembang seperti China semakin meningkat. Kedua faktor tersebut justru menurunkan efisiensi penggunaan bahan bakar fosil secara global.
Ia mengatakan, di China, emisi yang dikeluarkan per orang masih di bawah rata-rata global. Berdasarkan angka rata-rata, di Australia dan Amerika per orang mengeluarkan emisi lebih dari 5 ton karbon pertahun. Sedangkan di China hanya satu ton pertahun. Sejak revolusi industri dimulai, Amerika Serikat dan negara Eropa tercatat telah menyumbang 50 persen dari total emisi. Sedangkan China kurang dari 8 persen. Adapun 50 negara berkembang lain menyumbang kurang dari 0,5 persen dari emisi global selama 200 tahun, secara kumulatif.
Raupach mengatakan
Australia, dengan 0,32 persen dari populasi global, telah menyumbang
1,43 persen dari emisi karbon dunia. Ia menambahkan, sejauh ini upaya
global untuk menurunkan emisi nyaris tidak mempengaruhi
penggunaannya. Penelitian menunjukkan emisi gas dari bahan bakar
fosil meningkat pesat dibandingkan dengan skenario yang telah
ditetapkan oleh Panel Antar Pemerintah PBB mengenai Perubahan Iklim
(IPCC). "Temuan kami menunjukkan bahwa konsentrasi
karbondioksida, temperatur global, dan naiknya permukaan laut,
mendekati batas toleransi IPCC," katanya.
Selain itu juga, yang tidak kalah penting diperhatikan adalah pengolahan sampah secara intensif. Pernahkah kita menghitung sudah berapa banyak sampah yang kita buang dalam sehari. Sisa makanan, kertas, barang-barang dari plastik, kain-kain bekas, tisu, botol-botol, bahkan mungkin sampai mainan-mainan atau peralatan rumah dan kendaraan yang tak terpakai lagi serta masih banyak lagi. Jika kita sedang jalan-jalan, coba lihat tempat sampah di wilayah pertokoan. Tempat sampah disana mungkin jadi menggunung dengan kardus-kardus bekas, kemasan styrofoam, kantong plastik, sisa-sisa makanan dari restoran, dan lain sebagainya. Lalu coba kita tengok tempat sampah di rumah sakit. Volumenya mungkin sama besarnya, tetapi sampahnya lebih banyak terdiri dari perban bekas, obat-obatan tak terpakai, botol-botol infus dan sebagainya. Diperkirakan bahwa rata-rata penduduk di kota membuang sampah sebanyak 1 - 2 kg sehari. Ada 3 cara dalam mengolah sampah :
REDUCE
(Kurangi Sampah!)
(Kurangi Sampah!)
Coba
cara-cara ini :
- Membawa
tas belanja sendiri untuk mengurangi sampah kantong plastik
pembungkus barang belanja
- Membeli
kemasan isi ulang untuk shampoo dan sabun daripada membeli botol
baru setiap kali habis
- Membeli
susu, makanan kering, deterjen, dan lain-lain dalam paket yang besar
daripada membeli beberapa paket kecil untuk volume yang sama
RE-USE
(Gunakan sisa sampah yang masih bisa dipakai!)
Coba
cara-cara ini :
- Memanfaatkan
botol-botol bekas untuk wadah
- Memanfaatkan
kantong plastik bekas kemasan belanja untuk pembungkus
- Memanfaatkan
pakaian atau kain-kain bekas untuk kerajinan tangan, perangkat
pembersih (lap), maupun berbagai keperluan lainnya
RECYCLE
(Daur Ulang Sampah!)
Daur
ulang sendiri memang tidak mudah, karena kadang dibutuhkan teknologi
dan penanganan khusus.
Tapi teman-teman bisa membantu dengan cara-cara ini :
Tapi teman-teman bisa membantu dengan cara-cara ini :
- Mengumpulkan
kertas, majalah, dan surat kabar bekas untuk di daur ulang
- Mengumpulkan
sisa-sisa kaleng atau botol gelas untuk di daur ulang
- Menggunakan
berbagai produk kertas maupun barang lainnya hasil daur ulang
Selain
itu, jangan membakar sampah sembarangan karena sampah bisa terdiri
dari berbagai bahan yang belum tentu aman. Bahan seperti kaleng
aerosol dapat meledak bila kena panas, sedangkan bahan dari plastik
dan karet dapat menghasilkan gas yang menimbulkan kanker bila
dibakar! Bila pembakaran tidak bisa dihindari, pastikan bahwa hanya
sampah organik yang dibakar, tidak terlalu banyak sampah basah, dan
lakukan jauh dari kerumunan orang banyak atau benda lain yang dapat
memperburuk pembakaran. Kita tentunya tidak ingin menyebabkan
kebakaran, bukan?
Nah,
mudah-mudahan dengan artikel ini kita semakin sadar bahwa masalah
sampah jangan dianggap masalah yang sepele karena menyangkut
kebersihan lingkungan kita. Jika lingkungan tak bersih bukan tak
mungkin penyakit akan mudah mengenai kita dan ingat selalu "Buanglah
sampah pada tempat yang sudah disediakan".
Marilah kita menjaga, menghargai dan lebih mencintai alam dan lingkungan kita. Karena tanpa mereka keseimbangan di Bumi tidak mungkin terjadi. Kita kurangi emisi karbon dan hemat energi. . .
Wah...beberapa dari tips na sdh d praktekkan tu. BTW....mantap kali la postingan teman satu ini. Pokoke....stop global warming la ya. Keep on moving...and keep intouch!!
ReplyDeletemudahan aja yaaaa penebangan liar di indonesia bisa di kurangi,mudahan aja ada kesadaran dari masyarakat kita
ReplyDelete