Al-Qur'an mengisahkan sekian banyak peristiwa masa lampau. Harus
diakui bahwa sebagian dari kisah-kisahnya tidak atau belum dapat
dibuktikan kebenarannya hingga kini, tetapi sebagian lainnya telah
terbukti, antara lain melalui penelitian arkeologi.
Kendati terdapat sekian banyak kisahnya yang belum terbukti, namun tidaklah wajar menolak kisah-kisah lain tersebut hanya dengan alasan bahwa kisah itu belum terbukti. Karena apa yang belum terbukti kebenarannya juga belum terbukti kekeliruannya.
Sungguh mengherankan misalnya jika ada ynag menolak kebenaran suatu kisah hanya karena membaca atau mendengar rincian kisah yang aneh atau sulit diterima akal. Kalau Al-Qur'an misalnya menginformasikan bahwa suatu negeri dihancurkan Tuhan dengan gempa atau angin ribut karena penduduknya durhaka terhadap nabi yang diutus Tuhan kepada masyarakatnya, maka serta merta kisah kehancuran tersebut mereka tolak, sambil menolak keberadaan kota yang diceritakan oleh Al-Qur'an.
Mereka tidak menyadari bahwa walaupun kota tersebut belum ditemukan tetapi tidak jarang penelitian arkeologi membuktikan bahwa pada masa yang disebut oleh Al-Qur'an itu memang telah terjadi gempa atau angin ribut.
Sungguh cara pengingkaran semacam ini tidaklah tepat. Bukankah keberadaan matahari menjadi contoh kejelasan dan kepastian wujud sesuatu, padahal di sekitar matahari itu berkembang sekian banyak mitos? Kita boleh berkata kepada setiap orang yang mengingkari kebenaran informasi Al-Qur'an, "Silahkan ajukan keberatan anda di depan pengadilan ilmu serta ajukan pulalah bukti kekeliruan informasi Al-Qur'an," pastilah mereka tidak dapat membuktikan. Sehingga, kalau demikian, paling sedikit sikap objektif ilmiah mengharuskan mereka yang keberatan itu berhenti sejenak-tidak menolak dan tidak pula menerimanya. Kalau hal itu yang mereka lakukan, maka agaknya kisah-kisah Al-Qur'an yang telah terbukti kebenarannya secara rinci, dapat dijadikan indikator guna mendukung kecenderungan untuk membenarkan kisah-kisah lainnya yang belum terbukti.
Berikut ini contoh dari kisah-kisah dalam Al-Qur'an yang telah terbukti.
Kaum 'Ad dan Tsamud serta Kehancuran Kota Iram. Al-Qur'an berbicara tentang kaum Tsamud dan kaum 'Ad yang kepada mereka diutus Nabi Shaleh dan Nabi Hud. Banyak uraian Al-Qur'an tentang kedua kaum ini, baik dari segi kemampuan dan kekuatan mereka, maupun kedurhakaan dan pembangkangan mereka terhadap Tuhan dan utusan-Nya. Mereka akhirnya dihancurkan Allah dengan gempa dan angin ribut yang sangat dingin lagi kencang. Hal ini dilukiskan oleh Surah Al-Haqqah (69):4-7 sebagai berikut:
"Kaum Tsamud dan 'Ad telah mendustakan hari kiamat. Adapun Tsamud, maka mereka telah dengan kejadian yang luar biasa (petir dan suaranya yang menghancurkan), sedangkan kaum 'Ad telah dibinasakan dengan angin yang sangat dingin lagi kencang. Allah menimpakan angin itu kepada mereka selama tujuh malam dan delapan hari secara terus menerus, maka kamu lihat kaum 'Ad ketika itu, mati bergelimpangan bagaikan tunggul-tunggul pohon kurma yang telah kosong (lapuk)" (QS Al-Haqqah (69): 4-7).
Di tempat lain diuraikan oleh Al-Qur'an bahwa kaum 'Ad memiliki kemampuan luar biasa sehingga mereka telah membangun kota Iram dengan tiang-tiang yang tinggi dan yang belum pernah dibangun di negeri lain sehebat dan seindah itu sebelumnya.
Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu berbuat terhadap kaum 'Ad (6) yaitu penduduk Iram yang mempunyai bangunan-bangunan yang tinggi (&) yang belulm pernah dibangun (suatu kota) seperti itu, di negeri-negeri lain (8) dan Kaum Tsamud yang memotong batu-batu besar di lembah (9) (QS Al-Fajr (89): 6-9).
Ada yang meragukan informasi Al-Qur'an ini. Tetapi sedikit demi sedikit bukti-bukti kebenarannya terungkap. Pertama kali ketika informasi Al-Qur'an dan riwayat-riwayat yang diterima digabung dengan hasil-hasil penelitian arkeologi. Pada tahap ini yang ditemukan adalah adanya bukti-bukti arkeologi tentang terjadinya gempa dan angin ribut seperti yang diuraikan oleh Al-Qur'an. Masa itu diperkirakan merupakan masa hidupnya kaum-kaum yang dihancurkan Tuhan, serta di tempat yang diisyaratkan oleh kitab-kitab suci, seperti Lembah Yordania, Pantai Laut Merah, serta Arab Selatan. Tentu saja penjelasan ini belum memuaskan semua pihak. Tetapi dari hari ke hari bukti semakin jelas dan kini tidak ada alasan lagi untuk menolak informasi Al-Qur'an.
Marilah kita dengarkan pembuktian berikutnya. Pada 1834 ditemukan - di dalam tanah yang berlokasi di Hisn Al-Ghurab dekat kota Aden di Yaman - sebuah naskah bertuliskan aksara Arab lama (Hymarite) yang menunjukkan nama Nabi Hud. Dalam Naskah itu antara lain tertulis, "Kami memerintahkan dengan menggunakan hukum Hud". Selanjutnya pada 1964-1969 dilakukan penggalian arkeologis, dan dari hasil analisis pada 1980 ditemukan informasi dari salah satu lempeng tentang adanya kota yang disebut "Shamutu, 'Ad, dan Iram". Prof. Pettinato mengidentifikasikan nama-nama tersebut dengan anama-nama yang disebut pada Surah Al-Fajr di atas.
Dalam konteks ini wajar pula untuk dikutip pendapat Father Dahood yang mengatakan bahwa "antara Ebla (2500 SM) dan Al-Qur'an (625 M) tidak ada referensi lain mengenai kota-kota tersebut".
Bukti arkeologis lain tentang kota Iram adalah hasil ekspedisi Nicholas Clapp di Gurun Arabia Selatan pada 1992. Kota Iram menurut riwayat-riwayat adalah kota yang dibangun oleh Shaddad bin Ud, sebuah kota yang sangat indah dan ketika itu bernama Ubhur. Namun Tuhan mengubur kota itu dengan longsoran padang pasir sehingga menelan kota tersebut akibat kedurhakaan mereka. Nicholas menemukan bukti dari seorang penjelajah - tentang jalan kuno ke Iram (Ubhur). Kemudian atas bantuan dua orang ahli lainnya, yaitu Juris Zarin dari Universitas Negara Bagian Missouri Barat Daya, dan penjelajah Inggris, Sir Ranulph Fiennes, mereka berusaha mencari kota yang hilang itu bersama-sama ahli hukum George Hedges. Mereka menggunakan jasa pesawat ulang alik Challenger dengan sistem Satellite Imaging Radar (SIR) untuk mengintip bagian bawah gurun Arabia, yang diduga sebagai tempat tenggelamnya kota yang terkena longsoran itu. Untuk lebih meyakinkan, mereka juga meminta jasa satelit Prancis, yang menggunakan sistem pengindraan optik. Apa yang mereka temukan?
Mereka menemukan citra digital berupa garis putih pucat yang menandai beratus-ratus kilometer rute kafilah yang ditinggalkan, sebagian berada di bawah tumpukan pasir yang telah menimbun selama berabad-abad hingga mencapai ketinggian 183 meter.
Berdasarkan data ini Nicholas Clapp dan rekan-rekannya meneliti tanah tersebut dan melakkukan pencarian pada akhir tahun 1991. Pada Februari 1992, mereka menemukan bangunan segi delapan dengan dinding-dinding dan menara-menara yang tinggi, mencapai sekitar sembilan meter. Agaknya itulah sebagian dari apa yang diceritakan oleh Al-Qur'an bahwa "Penduduk Iram yang mempunyai bangunan-bangunan yang tinggi" (QS Al-Fajr (89):7). Demikian sekali lagi Al-Qur'an membuktikan kebenaran-Nya dan membuktikan pula janji-Nya bahwa :
Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kebesaran) Kami di segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al-Qur'an adalah benar.
Apakah tidak cukup (bagi kamu dan mereka) bahwa sesungguhnya Dia Maha Meliputi segala sesuatu. (QS Fushshilat (41):53).
Kendati terdapat sekian banyak kisahnya yang belum terbukti, namun tidaklah wajar menolak kisah-kisah lain tersebut hanya dengan alasan bahwa kisah itu belum terbukti. Karena apa yang belum terbukti kebenarannya juga belum terbukti kekeliruannya.
Sungguh mengherankan misalnya jika ada ynag menolak kebenaran suatu kisah hanya karena membaca atau mendengar rincian kisah yang aneh atau sulit diterima akal. Kalau Al-Qur'an misalnya menginformasikan bahwa suatu negeri dihancurkan Tuhan dengan gempa atau angin ribut karena penduduknya durhaka terhadap nabi yang diutus Tuhan kepada masyarakatnya, maka serta merta kisah kehancuran tersebut mereka tolak, sambil menolak keberadaan kota yang diceritakan oleh Al-Qur'an.
Mereka tidak menyadari bahwa walaupun kota tersebut belum ditemukan tetapi tidak jarang penelitian arkeologi membuktikan bahwa pada masa yang disebut oleh Al-Qur'an itu memang telah terjadi gempa atau angin ribut.
Sungguh cara pengingkaran semacam ini tidaklah tepat. Bukankah keberadaan matahari menjadi contoh kejelasan dan kepastian wujud sesuatu, padahal di sekitar matahari itu berkembang sekian banyak mitos? Kita boleh berkata kepada setiap orang yang mengingkari kebenaran informasi Al-Qur'an, "Silahkan ajukan keberatan anda di depan pengadilan ilmu serta ajukan pulalah bukti kekeliruan informasi Al-Qur'an," pastilah mereka tidak dapat membuktikan. Sehingga, kalau demikian, paling sedikit sikap objektif ilmiah mengharuskan mereka yang keberatan itu berhenti sejenak-tidak menolak dan tidak pula menerimanya. Kalau hal itu yang mereka lakukan, maka agaknya kisah-kisah Al-Qur'an yang telah terbukti kebenarannya secara rinci, dapat dijadikan indikator guna mendukung kecenderungan untuk membenarkan kisah-kisah lainnya yang belum terbukti.
Berikut ini contoh dari kisah-kisah dalam Al-Qur'an yang telah terbukti.
Kaum 'Ad dan Tsamud serta Kehancuran Kota Iram. Al-Qur'an berbicara tentang kaum Tsamud dan kaum 'Ad yang kepada mereka diutus Nabi Shaleh dan Nabi Hud. Banyak uraian Al-Qur'an tentang kedua kaum ini, baik dari segi kemampuan dan kekuatan mereka, maupun kedurhakaan dan pembangkangan mereka terhadap Tuhan dan utusan-Nya. Mereka akhirnya dihancurkan Allah dengan gempa dan angin ribut yang sangat dingin lagi kencang. Hal ini dilukiskan oleh Surah Al-Haqqah (69):4-7 sebagai berikut:
"Kaum Tsamud dan 'Ad telah mendustakan hari kiamat. Adapun Tsamud, maka mereka telah dengan kejadian yang luar biasa (petir dan suaranya yang menghancurkan), sedangkan kaum 'Ad telah dibinasakan dengan angin yang sangat dingin lagi kencang. Allah menimpakan angin itu kepada mereka selama tujuh malam dan delapan hari secara terus menerus, maka kamu lihat kaum 'Ad ketika itu, mati bergelimpangan bagaikan tunggul-tunggul pohon kurma yang telah kosong (lapuk)" (QS Al-Haqqah (69): 4-7).
Di tempat lain diuraikan oleh Al-Qur'an bahwa kaum 'Ad memiliki kemampuan luar biasa sehingga mereka telah membangun kota Iram dengan tiang-tiang yang tinggi dan yang belum pernah dibangun di negeri lain sehebat dan seindah itu sebelumnya.
Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu berbuat terhadap kaum 'Ad (6) yaitu penduduk Iram yang mempunyai bangunan-bangunan yang tinggi (&) yang belulm pernah dibangun (suatu kota) seperti itu, di negeri-negeri lain (8) dan Kaum Tsamud yang memotong batu-batu besar di lembah (9) (QS Al-Fajr (89): 6-9).
Ada yang meragukan informasi Al-Qur'an ini. Tetapi sedikit demi sedikit bukti-bukti kebenarannya terungkap. Pertama kali ketika informasi Al-Qur'an dan riwayat-riwayat yang diterima digabung dengan hasil-hasil penelitian arkeologi. Pada tahap ini yang ditemukan adalah adanya bukti-bukti arkeologi tentang terjadinya gempa dan angin ribut seperti yang diuraikan oleh Al-Qur'an. Masa itu diperkirakan merupakan masa hidupnya kaum-kaum yang dihancurkan Tuhan, serta di tempat yang diisyaratkan oleh kitab-kitab suci, seperti Lembah Yordania, Pantai Laut Merah, serta Arab Selatan. Tentu saja penjelasan ini belum memuaskan semua pihak. Tetapi dari hari ke hari bukti semakin jelas dan kini tidak ada alasan lagi untuk menolak informasi Al-Qur'an.
Marilah kita dengarkan pembuktian berikutnya. Pada 1834 ditemukan - di dalam tanah yang berlokasi di Hisn Al-Ghurab dekat kota Aden di Yaman - sebuah naskah bertuliskan aksara Arab lama (Hymarite) yang menunjukkan nama Nabi Hud. Dalam Naskah itu antara lain tertulis, "Kami memerintahkan dengan menggunakan hukum Hud". Selanjutnya pada 1964-1969 dilakukan penggalian arkeologis, dan dari hasil analisis pada 1980 ditemukan informasi dari salah satu lempeng tentang adanya kota yang disebut "Shamutu, 'Ad, dan Iram". Prof. Pettinato mengidentifikasikan nama-nama tersebut dengan anama-nama yang disebut pada Surah Al-Fajr di atas.
Dalam konteks ini wajar pula untuk dikutip pendapat Father Dahood yang mengatakan bahwa "antara Ebla (2500 SM) dan Al-Qur'an (625 M) tidak ada referensi lain mengenai kota-kota tersebut".
Bukti arkeologis lain tentang kota Iram adalah hasil ekspedisi Nicholas Clapp di Gurun Arabia Selatan pada 1992. Kota Iram menurut riwayat-riwayat adalah kota yang dibangun oleh Shaddad bin Ud, sebuah kota yang sangat indah dan ketika itu bernama Ubhur. Namun Tuhan mengubur kota itu dengan longsoran padang pasir sehingga menelan kota tersebut akibat kedurhakaan mereka. Nicholas menemukan bukti dari seorang penjelajah - tentang jalan kuno ke Iram (Ubhur). Kemudian atas bantuan dua orang ahli lainnya, yaitu Juris Zarin dari Universitas Negara Bagian Missouri Barat Daya, dan penjelajah Inggris, Sir Ranulph Fiennes, mereka berusaha mencari kota yang hilang itu bersama-sama ahli hukum George Hedges. Mereka menggunakan jasa pesawat ulang alik Challenger dengan sistem Satellite Imaging Radar (SIR) untuk mengintip bagian bawah gurun Arabia, yang diduga sebagai tempat tenggelamnya kota yang terkena longsoran itu. Untuk lebih meyakinkan, mereka juga meminta jasa satelit Prancis, yang menggunakan sistem pengindraan optik. Apa yang mereka temukan?
Mereka menemukan citra digital berupa garis putih pucat yang menandai beratus-ratus kilometer rute kafilah yang ditinggalkan, sebagian berada di bawah tumpukan pasir yang telah menimbun selama berabad-abad hingga mencapai ketinggian 183 meter.
Berdasarkan data ini Nicholas Clapp dan rekan-rekannya meneliti tanah tersebut dan melakkukan pencarian pada akhir tahun 1991. Pada Februari 1992, mereka menemukan bangunan segi delapan dengan dinding-dinding dan menara-menara yang tinggi, mencapai sekitar sembilan meter. Agaknya itulah sebagian dari apa yang diceritakan oleh Al-Qur'an bahwa "Penduduk Iram yang mempunyai bangunan-bangunan yang tinggi" (QS Al-Fajr (89):7). Demikian sekali lagi Al-Qur'an membuktikan kebenaran-Nya dan membuktikan pula janji-Nya bahwa :
Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kebesaran) Kami di segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al-Qur'an adalah benar.
Apakah tidak cukup (bagi kamu dan mereka) bahwa sesungguhnya Dia Maha Meliputi segala sesuatu. (QS Fushshilat (41):53).
subhanallah! pasti lebih banyak yang belum diterokai oleh manusia. terima kasih atas info.bernas! teruskan berkongsi. moga kamu dalam perlindungan Allah.
ReplyDelete