Skip to main content

Belajar Kehidupan dari Orang Jepang


Kali ini saya ingin membagikan pelajaran hidup yang dapat saya ambil saat saya sedang berada di Jepang atau sering dijuluki dengan sebutan negeri matahari terbit (Land of the Rising Sun).
Beberapa catatan penting yang saya pelajari dari orang Jepang, sebaiknya dapat kita tiru untuk diterapkan di Indonesia, berikut saya tuliskan satu per satu:

1. Senantiasa tepat waktu. Di Jepang, semua hal berjalan sesuai tepat dengan waktunya. Sistem yang dijalankan sudah berjalan dengan sangat baik, sangat terkoordinasi dengan rapi. Misalnya adalah kereta di Jepang selalu datang dan tiba tepat waktu, bahkan cenderung in time. Saya ambil contoh lain, seorang postdoctoral researcher di lab ketika saya magang penelitian, dia selalu datang 10 hingga 15 menit lebih awal dan hampir selalu pulang paling akhir. Selain itu, acara-acara yang diselenggarakan oleh instansi tempat saya magang penelitian, seperti seminar misalnya, selalu dimulai tepat waktu. Saya sangat belajar banyak tentang hal ini, sudah saatnya memang kita berubah untuk lebih disiplin dan menghargai waktu yang kita miliki.


2. Sabar dalam antrean (tidak saling serobot). Orang Jepang umumnya sangat menghargai dan menghormati sesamanya, apapun itu status pekerjaannya. Mereka senantiasa sabar dalam antrean untuk menunggu giliran. Ketika di Kota Kumamoto, saya seringkali menggunakan trem untuk pergi berjalan-jalan di dalam kota. Ketika berada di jam-jam sibuk, saya tidak menjumpai sekalipun ketidaktertiban dalam antrean trem, semua orang antre dengan tertib dan sabar. Sebuah hal yang mungkin sulit sekali saya jumpai ketika menikmati transportasi publik di Indonesia.


3. Dedikasi tinggi pada pekerjaan. Orang Jepang selalu melakukan segala aktivitasnya dengan bersungguh-sungguh, semuanya dilakukan untuk mencapai hasil yang terbaik. Ketika Jepang ditimpa musibah seperti gempa bumi dan tsunami, recovery mereka sangat cepat. FYI, saya berkunjung ke Kota Kumamoto sekitar 9 bulan pasca gempa bumi dahsyat Kumamoto yang menyebabkan kerusakan parah pada icon kota ini, Kumamoto Castle. Dedikasi tinggi pada pekerjaan ini tercermin oleh bagaimana mereka selalu bekerja keras dalam pekerjaan yang digeluti. Misalnya saja, sensei saya saat itu, beliau selalu datang 1 jam lebih awal di lab dan seringkali pulang paling akhir dari anggota labnya sendiri. Contoh lainnya, ketika semua anggota lab kerja bakti untuk membersihkan lab, sensei juga turut serta, seakan tidak ada batas kedudukan. Sungguh sangat patut dicontoh!


4. Rendah hati. Saya menjumpai hampir semua orang Jepang termasuk orang yang rendah hati. Walaupun mereka tahu banyak hal, namun mereka tetap merendah dan tampak seperti orang yang tidak banyak tahu.

5. Membuang sampah pada tempat dan sesuai jenisnya. Orang Jepang selalu disiplin dalam menjaga kebersihan, misalnya membuang sampah. Tidak hanya itu, mereka menggolongkan sampah-sampah tersebut. Bukan hanya penggolongan organik dan non-organik seperti di negara kita, tetapi lebih dari itu, bahkan tutup botol plastik saja tempat sampahnya dibedakan. Awal datang dan tinggal di apartemen, saya sangat kaget dengan banyaknya do and don'ts terkait sampah.  


6. Saling menghormati dan menghargai martabat sesama manusia. Di Jepang, orang-orang yang tergolong sebagai kaum kecil, lemah, miskin, tersingkir, dan difabel dipandang berharga oleh sesamanya bahkan mereka mendapatkan fasilitas khusus yang sangat baik. Contoh yang sederhana, seperti orang menyeberang jalan, mereka lebih mendahulukan pejalan kaki dan pengendara sepeda daripada kendaraan mereka. Saya selalu bersepeda menuju ke tempat saya magang penelitian, saya selalu mendapatkan prioritas yang tinggi, bahkan motor, mobil, dan bus umum ataupun truk lebih menunggu saya menyeberangi jalan terlebih dahulu baru mereka melintas. Selain itu, fasilitas khusus yang didapatkan oleh orang cacat, orang tua, dan orang yang sedang hamil. Trotoar dan gedung mereka didesain sangat ramah dengan penyandang cacat. Sangat luar biasa dan berbanding jauh sekali dengan negara kita yang mungkin masih tidak bisa menghormati hak pejalan kaki.

7. Pantang menyerah. Rentetan bencana panjang bagi Jepang terjadi di tahun 1945, dari serangan bom atom Amerika Serikat di Hiroshima dan Nagasaki, disusul dengan kalah perangnya Jepang, dan ditambah dengan adanya gempa bumi besar di Tokyo, ternyata Jepang tidak hancur. Tidak lebih dari 20 tahun berikutnya, Jepang sudah bangkit dan berhasil membangun industri otomotif, bahkan kereta cepat yang sangat terkenal (shinkansen). Selain itu, seperti yang telah saya tuliskan sebelumnya di blog ini, bagaimana sebuah kota kecil yang bernama Minamata bisa bangkit setelah jatuh terpuruk. Sejarah telah membuktikan bahwa Jepang termasuk bangsa yang tahan banting dan pantang menyerah.

8. Loyalitas. Sifat terpuji ini membuat sistem karir di sebuah perusahaan berjalan dan tertata dengan sangat rapi. Sedikit berbeda dengan sistem yang ada di Amerika ataupun Eropa, sangat jarang orang Jepang yang gampang berpindah-pindah pekerjaan. Mereka sangat terkenal dengan loyalitasnya.


9. Inovasi. Jika kita mendengar negara Jepang, pasti yang sekilas terbesit dipikiran kita adalah inovasi di bidang sains dan teknologi. Baru-baru ini, website pemerintah Jepang merilis laman yang bernama Innovation Japan. Di laman tersebut, kita dapat menemukan inovasi-inovasi terbaru apa saja yang dikembangkan di Jepang (tonton video diatas).

10. Budaya membaca. Ketika Anda datang ke Jepang dan Anda berada di dalam transportasi umum seperti kereta, trem, atau bus, jangan kaget kalau sebagian besar penumpangnya sedang membaca buku, membaca berita melalui smartphone atau koran. Terkadang, tidak peduli walaupun berdiri, banyak yang memanfaatkan waktu untuk membaca.

 

Comments

Popular posts from this blog

Belajar Dari Laron

Allah SWT menciptakan makhlukNya dan menata alam semesta dengan begitu sempurna.

Percobaan Ingenhousz - Fotosintesis

Tujuan :   Untuk membuktikan adanya gas oksigen sebagai hasil proses fotosintesis.   Untuk mengetahui pengaruh suhu, intensitas cahaya, dan NaHCO 3 terhadap kecepatan proses fotosintesis.

Sebuah Pelajaran Dari Bencana Tsunami

G empa bumi tanggal 26 Desember 2004 di Asia Tenggara, yang terbesar dalam kurun waktu 40 tahun terakhir dan terbesar kelima sejak tahun 1900, tercatat 9 pada skala Richter. Gempa tersebut beserta gelombang tsunami yang terjadi setelahnya menyebabkan bencana yang menewaskan lebih dari 220.000 orang. Patahan seluas 1.000 kilometer persegi yang muncul akibat pergerakan sejumlah lempengan di bawah permukaan bumi dan energi raksasa yang ditimbulkan oleh bongkahan tanah raksasa yang berpindah tempat, berpadu dengan energi raksasa yang terjadi di samudra untuk membentuk gelombang tsunami. Gelombang tsunami itu menghantam negara-negara Asia Tenggara seperti Indonesia, Sri Lanka, India, Malaysia, Thailand, Bangladesh, Myanmar, Maladewa dan Seychelles, dan bahkan pesisir pantai Afrika seperti Somalia, yang terletak sejauh kurang lebih 5.000 kilometer. Istilah "tsunami," yang dalam bahasa Jepang berarti gelombang pelabuhan, menjadi bagian dari bahasa dunia pasca tsunami raksa...