Skip to main content

Gunung Es di Angkasa

”Dan Allah menurunkan air dari langit dan dengan air itu dihidupkan bumi sesudah matinya, sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang mendengarnya.” (Q.S. An- Nahl [16]: 65)

Al Quran merupakan pedoman hidup manusia, termasuk dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam Al Quran, kita bisa menemukan ayat-ayat yang menjadi isyarat tentang sebagai hal bagi kemaslahatan umat manusia. Baik berupa penemuan-penemuan baru maupun penyempurnaan bagi teori-teori yang sudah ada.


Dalam kitab-kitab, surat An-Nahl (16) ayat 65 diatas diartikan sebagai cerita mengenai proses turunnya air hujan dari awan. Tapi, tafsir itu kurang memuaskan, sebab dalam bahasa arab, awan disebut as-sahab, padahal dalam ayat tadi disebutkan bahwa air turun dari langit.

Selama ini, kita belajar bahwa air hujan berasal dari laut yang menguap, berkumpul menjadi awan hujan, lalu airnya turun ke bumi. Hal ini dijelaskan dalam surat yang lain.

”Tidakkah engkau melihat bahwa Allah mengarak awan, lalu mengumpulkan, kemudian menjaidkannya bertindih-tindih, maka terlihat olehmu hujan keluar dari celah-celahnya...” (Q.S. An-Nuur [24]: 43)

Ini memang ayat tentang air hujanberasal dari awan. Lantas, apa maksud dari ayat-ayat lain seperti dalam Surat Al Baqarah (2) ayat 22, Surat Ibrahim (14) ayat 32, dan Surat An-Nahl (16) ayat 10 yang menyebutkan bahwa Allah menurunkan air dari langit? Mari kita simak lanjutan ayat dari Surat An-Nuur (24) ayat 43 di atas, ”Dan Dia turunkan juga dari langit butiran es laksana gunung-gunung.”


Nah, kalimat tadi semakin ganjil. Selain menurunkan hujan dari awan, Allah juga menurunkan es sebesar gunung dari langit. Misteri ini tersimpan selama ratusan tahun. Para ahli tafsir bingung menafsirkannya. Sampai pada 1988, Dr. Louis Farnk, ahli fisika dari Lowa, USA, meneliti data-data dari sateli Eksploler I. Satelit ini memotret bumi dengan menggunakan film ultraviolet. Ternyata, dalam foto-foto itu tampak atmosfer bumi berlubang di sana sini. Setelah dianalisis secara mendalam, disimpulkanlah bahwa lubang-lubang tadi hanya bisa terjadi oleh bola salju atau komet es yang menembus dari luar angkasa. Berat tiap komet diperkirakan 100 ton dan kulitnya berlapis hidro-carbon hitam. Garis tengahnya kira-kira 10 meter. Bola-bola es tadi menghujani bumi dalam jumlah besar, yaitu sekitar 10 juta buah dalam setahun, atau 19 buah per menit!

Dr. Clayne Yeates, ahli fisika dari Pasadena, California, dengan menggunakan teleskop raksasa, Kitt Peak Observatory di Arizona, menerangkan bahwa bola-bola es tadi meluncur dengan kecepatan sekitar 10 km/detik dari ketinggian 150.000 km, dan mulai pecah menjadi butiran es akibat gelombang udara sangat hangat pada ketinggian 1000 km di atas permukaan bumi. Butiran es tersebut selanjutnya menguap menjadi embun dan turun ke bumi sebagai hujan, bercampur dengan uap air laut. Jelaslah sudah makna ayat-ayat tentang air dari awan dan air dari langit dalam Al Quran.

Dr. Louis Frank menghitung bahwa jumlah air ”kiriman” dari angkasa luar itu telah menambah tinggi air laut di permukaan bumi sebanyak 2,5 cm per 10.000 tahun. Proses hujan dari luar angkasa ini telah berlangsung sejak bumi terbentuk atau sekitar 4,9 miliar tahun yang lalu sehingga telah ”menyumbangkan” air dalam jumlah yang sangat banyak untuk mencukupi kebutuhan hidup seluruh mahluk di permukaan bumi.

Comments

Popular posts from this blog

Aeroponics

W hy Aer oponics? Aeroponics is a growing method where the plant roots are suspended in the air with a fine mist of nutrient solution applied either continually or intermittently over the root surface. While we tend to think of aeroponics as a recent development in the hydroponics field, it has actually been in use since the 1940’s, although largely as a research tool rather than as an economically feasible method of crop production. In the last decade however there has been the development of a number of aeroponics systems both for use commercially and as small ’hobbyist’ systems. The reasons for the interest in aeroponic technology stem from the fact that using traditional hydroponics systems (media, NFT and flood and drain), has often made controlling conditions in the root zone difficult, particularly where growers are battling a tropical climate. And for this reason much of the large scale commercial development of aeroponics has occurred in countries such as Singapore where tempe...

Bioteknologi Modern

S eiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, para ahli teknlogi mulai mengembangkan bioteknologi dengan memanfaatkan prinsip ilmiah melalui penelitian dan berupaya menghasilkan produk secara efektif dan efisien. Bioteknologi tidak hanya di manfaatkan dalam industri makanan, tetapi telah mencakup berbagai bidang seperti rekayasa genetika, penanganan polusi, penciptaan sumber energi dan lainnya. Dengan adanya penelitian serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka bioteknologi makin besar manfaatnya untuk masa yang akan datang. Berikut beberapa penerapan bioteknologi yang akan di bahas: A. Rekayasa Genetika Rekayasa genetika merupakan suatu cara memanipulasikan gen untuk menghasilkan mahluk hidup baru dengan sifat yang diinginkan. Rekayasa genetika disebut juga pencakokan gen atau rekombinasi DNA. Dalam rekayasa genetika digunakan DNA untuk menggabungkan sifat mahluk hidup. Hal itu karena DNA dari setiap mahluk hidup mempunyai struktur yang sama, sehingga dapat direkom...

Mutasi Gen Tunggal Tingkatkan Produksi Tomat

M utasi dalam sebuah gen tunggal dapat mengubah tanaman tomat hibrida menjadi "produsen super" yang mampu menghasilkan lebih banyak buah yang lebih manis tanpa rekayasa genetika. Sejumlah ilmuwan mengatakan, hasil penemuan mereka juga menunjukkan bahwa penggunaan teknik klasik pemuliaan tanaman dapat meningkatkan produksi sama drastisnya dengan menggunakan organisme yang dimodifikasi secara genetik. Peneliti Zachary Lippman dari "Cold Spring Harbor Laboratory" di New York mengatakan, mutasi dalam satu gen tiruan itu meningkatkan produksi tomat hingga 60 persen dan meningkatkan kandungan gula. Hasil penelitian itu dimuat dalam jurnal Nature Genetics. "Saat gen ini hanya bekerja pada kecepatan setengah --- terjadi pengembalian keseimbangan pertumbuhan yang terjadi pada seluruh tanaman yang menyebabkan kenaikan produksi," katanya seperti dikutip Reuters. Kekuatan untuk meningkatkan produksi dari gen yang dikenal sebagai "Si...